Peran Artificial Intelligence (AI) di berbagai aspek kehidupan membuat konsumen semakin nyaman. Mau tak mau, organisasi marketing pun harus ikut memanfaatkan.
Penerapan AI, seperti perangkat cerdas, chatbot, aplikasi-aplikasi cerdas, dan yang lebih canggih, mobil swakemudi, telah dirasakan manfaatnya oleh para konsumen.
Studi yang dilakukan Pegasystem menemukan, 55% konsumen yang sudah menggunakan AI merasa nyaman berinteraksi dengan bisnis/perusahaan yang menggunakan teknologi tersebut. Studi bertajuk “What Consumers Really Think About AI: Global Study” ini juge mengungkapkan, 38% konsumen setuju bahwa AI di masa depan dapat meningkatkan layanan pelanggan.
Dengan fakta tersebut, penerapan AI di area marketing tentu tak dapat diabaikan. Berdasarkan sejumlah statistik yang dirangkum oleh Semrush, divisi marketing dan sales termasuk organisasi yang memprioritaskan teknologi AI dan machine learning untuk meraih kesuksesan lebih dari organisasi lain (40%).
Srihari Sasikumar, Product Director, Simplilearn, melihat ada dua cara yang dapat dilakukan bisnis guna meningkatkan digital marketing. Pertama, di backend, para marketer dapat memanfaatkan AI untuk memprediksi demand terhadap produk, membangun profil pelanggan, melakukan programmatic ad buying, dan sebagainya. Kemudian di sisi customer-facing, AI dapat digunakan untuk meningkatkan pengalaman pelanggan, yang pada akhirnya akan memperkuat brand dan meningkatkan penjualan.
Ada empat cara penerapan Artificial Intelligence dalam pemasaran digital atau digital marketing untuk meningkatkan kepuasan pelanggan.
1.Chatbot
Chatbot adalah software yang dapat bercakap-cakap dan menggunakan AI untuk menentukan bagaimana ia harus merespons. Percakapan ini bisa berupa teks maupun auditory (suara).
Chatbot dapat menjadi tool pemasaran yang efektif, khususnya di media sosial, karena ia dapat menyediakan layanan pelanggan (customer service) yang tidak saja akan membantu pelanggan tapi juga brand. Chatbot juga dapat membantu di sisi sales dengan mengajukan pertanyaan yang lebih spesifik kepada pelanggan dan membantu pelanggan menemukan produk yang mereka butuhkan.
2.Predictive dan Targeted Content
Divisi Marketing juga dapat memanfaatkan AI untuk mengumpulkan lebih banyak data tentang prospek dan pelanggan. Kemudian oleh AI, data tersebut dipakai untuk memprediksi perilaku-perilaku yang akan muncul dan juga membuat lebih banyak targeted messaging.
Dengan mengetahui website apa yang kerap dikunjungi pelanggan, blog post yang mereka baca, AI dapat secara cerdas memilih content mana yang paling mungkin menarik minat pelanggan tertentu. Lalu secara otomatis AI juga akan membuat e-mail berisi konten tersebut.
AI juga dapat membantu marketer “merayu” pelanggan yang memiliki potensi berpindah ke lain hati. Menggunakan churn prediction, AI dapat memprediksi ketika pelanggan akan berpaling dari brand. Setelah itu AI bisa membantu menyiapkan konten terpersonalisasi yang akan menarik minat pelanggan.
3.Membuat Konten
Membuat konten disebut sebagai salah satu tantangan terbesar yang harus dihadapi para marketer, terutama setelah maraknya content marketing.
Mengapa menjadi tantangan? Karena menciptakan konten yang berkualitas memakan waktu cukup lama. Sementara pemasaran yang efektif akan membutuhkan banyak konten.
Peran AI adalah membantu menciptakan sebagian dari konten-konten tersebut. AI dapat “menulis” artikel yang panjangnya ratusan kata. AI juga bisa membantu membuatkan konten yang lebih spesifik, misalnya judul e-mail atau iklan di medsos.
Apapun jenis konten yang dibuat, konten tersebut tetap fokus pada kebutuhan pelanggan sehingga akan memudahkan pelanggan dalam mencari informasi. Dan staf marketing tidak akan menghabiskan waktu berjam-jam untuk membuatnya.
4.Image Recognition
Jika Anda pengguna Facebook, Anda pasti tidak asing dengan salah satu fiturnya yang memanfaatkan kecanggihan teknologi image recognition atau pengenal wajah. Facebook akan secara otomatis menandai (tag) teman Anda yang ada di foto yang Anda posting.
Software image recognition ini dapat membantu mem-personalisasi pengalaman pelanggan. Salah satu contohnya adalah aplikasi Image Search yang dirilis oleh Macy. Dengan aplikasi ini, pelanggan dapat mencari produk di Macy melalui gambar yang diunggah pelanggan.
Contoh penerapan lain dari AI image recognition adalah mengukur efektivitas sponsorship. Selama ini para marketer bergantung pada hasil survei, data yang disediakan event organizer, atau liputan acara yang disponsori. Yang kerap terlewatkan adalah liputan di medsos. Dengan AI logo recognition, para marketer dapat secara cepat mengkalkulasi berapa besar eksposur yang diperoleh brand dari munculnya logo di gambar atau video yang dibagikan di kanal sosial.
Divisi Marketing juga dapat memanfaatkan AI untuk mengumpulkan lebih banyak data tentang prospek dan pelanggan. Kemudian oleh AI, data tersebut dipakai untuk memprediksi perilaku-perilaku yang akan muncul dan juga membuat lebih banyak targeted messaging.
Dengan mengetahui website apa yang kerap dikunjungi pelanggan, blog post yang mereka baca, AI dapat secara cerdas memilih content mana yang paling mungkin menarik minat pelanggan tertentu. Lalu secara otomatis AI juga akan membuat e-mail berisi konten tersebut.
AI juga dapat membantu marketer “merayu” pelanggan yang memiliki potensi berpindah ke lain hati. Menggunakan churn prediction, AI dapat memprediksi ketika pelanggan akan berpaling dari brand. Setelah itu AI bisa membantu menyiapkan konten terpersonalisasi yang akan menarik minat pelanggan.
3.Membuat Konten
Membuat konten disebut sebagai salah satu tantangan terbesar yang harus dihadapi para marketer, terutama setelah maraknya content marketing.
Mengapa menjadi tantangan? Karena menciptakan konten yang berkualitas memakan waktu cukup lama. Sementara pemasaran yang efektif akan membutuhkan banyak konten.
Peran AI adalah membantu menciptakan sebagian dari konten-konten tersebut. AI dapat “menulis” artikel yang panjangnya ratusan kata. AI juga bisa membantu membuatkan konten yang lebih spesifik, misalnya judul e-mail atau iklan di medsos.
Apapun jenis konten yang dibuat, konten tersebut tetap fokus pada kebutuhan pelanggan sehingga akan memudahkan pelanggan dalam mencari informasi. Dan staf marketing tidak akan menghabiskan waktu berjam-jam untuk membuatnya.
4.Image Recognition
Jika Anda pengguna Facebook, Anda pasti tidak asing dengan salah satu fiturnya yang memanfaatkan kecanggihan teknologi image recognition atau pengenal wajah. Facebook akan secara otomatis menandai (tag) teman Anda yang ada di foto yang Anda posting.
Software image recognition ini dapat membantu mem-personalisasi pengalaman pelanggan. Salah satu contohnya adalah aplikasi Image Search yang dirilis oleh Macy. Dengan aplikasi ini, pelanggan dapat mencari produk di Macy melalui gambar yang diunggah pelanggan.
Contoh penerapan lain dari AI image recognition adalah mengukur efektivitas sponsorship. Selama ini para marketer bergantung pada hasil survei, data yang disediakan event organizer, atau liputan acara yang disponsori. Yang kerap terlewatkan adalah liputan di medsos. Dengan AI logo recognition, para marketer dapat secara cepat mengkalkulasi berapa besar eksposur yang diperoleh brand dari munculnya logo di gambar atau video yang dibagikan di kanal sosial.